Museum Angkut – Malang
17 February 2019
#Sahabatluarbiasa pernah mendengar museum yang satu ini? Untuk sahabat yang tinggal di kota Malang dan sekitarnya tentu sudah familiar ya dengan nama ini, bahkan mungkin sudah berkunjung lebih dari 1 kali. Museum ini didirikan pada tahun 2014 dengan mengusung tema alat transportasi dan perkembangannya dari seluruh dunia. Tentu tempat ini bisa menjadi media belajar yang mengasyikkan sekaligus tempat rekreasi keluarga yang edukatif. Ingin melihat lebih dekat, sahabat?
Sahabat, museum angkut ini terletak di kota Batu Malang, dan konsep museum ini yang pertama di asia tenggara Menurut kabar beredar museum Angkut dibangun sebagai tanda apresiasi perkembangan dunia transportasi nusantara bahkan dunia. Oleh sebab itu, ketika mengunjungi museum Angkut kota Batu akan melihat beraneka jenis kendaraan dari berbagai merek yang dipamerkan di dalam ruangan museum. Banyak koleksi kendaraan museum Angkut seperti alat transportasi yang belum menggunakan mesin atau tradisional seperti sepeda ontel, pedati, dokar, becak sampai kendaraan modern menggunakan tenaga listrik semua ada disini.
#Sahabatluarbiasa, hal menarik lainnya dari museum ini, kita disuguhi dengan kondisi kota-kota terkenal dengan setting bangunan, perlengkapan mirip seperti kondisi aslinya, semua lokasi menarik untuk di buat sebagai latar foto dan selfie. Semua area dapat kita lihat sesuai dengan jalur yang sudah diarahkan,
Bagaimana? Tentu sahabat tidak sabar untuk mengunjungi museum yang satu ini. Ditungu ya hasil berfoto ria di berbagai museum di Indonesia. #Sahabatluarbiasa, pasti bisa. Happy Weekend!!!
Berita Lainnya
Lokakarya 3 PGP angkatan 4 Kota Bandung
Lokakarya 3 PGP angkatan 4 Kota Bandung di Hotel Crown, dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung
Seminar Pendidikan Inklusif untuk semua di Kota Medan
Seminar Pendidikan Inklusif untuk semua di Kota Medan, 14 Februari 2018 dihadiri 150 orang. Pembicara : Prof. David Evans, Ph.D.
Cinta dan Peduli Pada Masa Depan Indonesia
Cinta dan peduli pada masa depan Indonesia. Dua alasan itu yang membuat sembilan guru besar diaspora Amerika Serikat rela menempuh